BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Hadis atau
sunnah merupakan salah satu sumber ajaran islam yang menduduki posisi sangat
signifikan, baik secara struktural maupun fungsional. Secara struktural
menduduki posisi kedua setelah al-Qur’an, namun jika dilihat secara fungsional,
ia merupakan bayan (eksplanasi) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat ‘am
(umum), mujmal (global) atau mutlaq. Secara tersirat, al-Qur’an-pun mendukung
ide tersebut, antara lain firman Allah SWT:
وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَانُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ
يَتَفَكَّرُوْنَ
“Dan kami turnkan al-Qur’an kepadamu (Muhammad) agar kamu
menjelaskan kapada umat manusia apa yang telah diturunkan untuk mereka, dan
supaya mereka memikirkan.”. (QS. An-Nahl 44)
Adanya perintah
agar Nabi SAW. Menjelaskan kapada umat manusia mengenai al-Qur’an, baik melalui
ucapan, perbuatan atau taqrirnya, dapat diartikan bahwa Hadis berfungsi sebagai
bayan (penjelas) terhadap al-Qur’an.Oleh karena itu tidaklah terlalu berlebihan
jika kemudian Imam al-Auza’i pernah berkesimpulan bahwa al-Qur’an sesungguhnya
lebih membutuhkan kepada al-Hadis daripada sebaliknya. Sebab secara tafshili
(rinci) al-Qur’an masih perlu dijelaskan dengan Hadis.
Disamping
sebagai bayan terhadap al-Qur’an, Hadis secara mandiri sesungguhnya dapat
menetapkan suatu ketetapan yang belum diatur dalam al-Qur’an. Namun
persoalannya adalah bahwa untuk memahami suatu Hadis dengan “baik”, tidaklah
mudah. Untuk itu, diperlukan seperangkat metodologi dalam memahami Hadis.
Ketika kita
mencoba memahami suatu Hadis, tidak cukup hanya melihat teks Hadisnya saja,
khususnya ketika Hadis itu mempunyai asbabul wurud, melainkan kita harus
melihat konteksnya. Dengan lain ungkapan, ketika kita ingin menggali pesan
moral dari suatu Hadis, perlu memperhatikan konteks historitasnya, kepada siapa
Hadis itu disampaikan Nabi, dalam kondisi sosio-kultural yang bagaimana Nabi
waktu itu menyampaikannya. Tanpa memperhatikan konteks historisitasnya (baca:
asbabul wurud) seseorang akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami
makna suatu Hadis, bahkan ia dapat terperosok ke dalam pemahaman yang keliru.
Itulah mengapa asbabul wurud menjadi sangat penting dalam diskursus ilmu Hadis,
seperti pentingnya asbabun nuzul dalam kajian tafsir al-Qur’an.
Meskipun
demikian, perlu dicatat bahwa tidak semua Hadis mempunyai asbabul wurud.
Sebagian Hadis mempunyai asbabul wurud khusus, tegas dan jelas, namun sebagian
yang lain tidak. Untuk katagori pertama, mengetahui asbabul wurud mutlak
diperlukan, agar terhindar dari kesalahpahaman (misunderstanding) dalam
menangkap maksud suatu Hadis. Sedangkan untuk Hadis-Hadis yang tidak mempunyai
asbabul wurud khusus, sebagai alternatifnya, kita dapat menggunakan pendekatan
historis, sosiologis, antropologis atau bahkan pendekatan psikologis sebagai
pisau analisis dalam memahami Hadis. Hal ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa
Nabi SAW tidak mungkin berbicara dalam kondisi yang vakum historis dan hampa
kultural.[1]
Dari latar
belakang diatas. Penulis akan menjelaskan ilmu asbabul wurudil hadis. Dengan
tujuan agar para pembaca dapat mengerti dan faham tentang ilmu asbabul wurudhil
hadis. Oleh karena itu,penulis akan membahas dalam makalah yang berjudul “ ILMU
ASBABUL WURUDIL HADIS “
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari
asbabul wurudil hadis?
2. Apakah penting
mempelajari ilmu asbabul wurudil hadis?
3. Apa fungsi asbabul
wurudil hadis?
4. Apa saja macam macam
asbabul wurudil hadis?
5. Bagaimana cara
mengetahui asbabul wurudil hadis?
6. Contoh asbabul
wurudil hadis?
7. Apa saja kitab kitab
yang menjelaskan dan menghimpun tentang asbabul wurudil hadis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ASBABUL
WURUDIL HADIS
Secara
Etimologis asbab al-wurud merupakan susunan idhafat yang berasal dari gabungan
kata asbab dan al-wurud. Kata asbab merupakan bentuk jamak dari kata sabab yang
berarti tali atau penghubung, yakni segala sesuatu yang lain, atau penyebab
terjadinya sesuatu. Sedangkan kata wurud merupakan bentuk masdar dari kata
warada-yaridu-wurudan, yang berarti datang atau samapai kepada sesuatu.
Sehingga asbab al-wurud disini dapat diartikan sebagai sebab-sebab datangnya
atau keluarnya hadits nabi.[2]
Sedangkan secara Istilah ada beberapa pengertian asbab al-wurud
yang dapat kita ambil dari beberapa pakar hadits:
1. Menurut Hasby
Ash-Shiddieqy asbab al-wurud adalah:
Ilmu yang menerangkan sebab-sebab nabi menurunkan sabdanya dan
masa-masanya Nabi menurunkan itu.
2. Menurut Imam Jalaluddin Abdurrahman al-Sayuti
pada kitabnya Al-Luma’ fi Asbab al-Wurud al-Hadits:
Sesuatu yang menjadi jalan untuk menentukan maksud suatu hadits
yang bersifat umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad, atau untuk menentukan ada
tidaknya naskh (penghapusan) dalam suatu hadits, atau yang semisal dengan hal
itu.
3. Abdul Mustakim mendefinisikan:
Ilmu yang
menerangkan sebab-sebab dari masa Nabi menuturkan sabdanya. Atau ilmu yang
mengkaji ttentang hal-hal yang terjadi di saat hadits di sampaikan, berupa
peristiwa atau pertanyaan, yang hal itu dapat membantu atau menentukan maksud
suatu hadits yang bersifat umum atau khusus, mutlaq atau muqayyad, atau untuk
menentukan ada tidaknya naskh (penghapusan) dalam suatu hadits, atau yang
semisal dengan hal itu.
Dari definisi
–definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu asbab al-wurud adalah ilmu yang
menjelaskan sebab-sebab keluarnya Hadits, baik berupa peristiwa atau keadaan
yang terjadi, waktu maupun karena ada pertanyaan. Sehingga dapat memahami
kejelasan hadits baik dari segi umum dan khusus, mutlaq atau muqayyad, atau
untuk menentukan ada tidaknya naskh (penghapusan) dalam suatu hadits.[3]
B. LATAR BELAKANG
PENTINGNYA ILMU ASBABUL WURUDIL HADIST
Sebagai salah
satu disiplin ilmu dalam studi hadis, asbabul wurud mempunyai peranan yang
sangat signifikan dalam rangka memahami maksud suatu hadis secara lebih baik.
Pemahaman yang mengabaikan asbabul wurud, cenderung dapat terjebak kepada arti
tekstual saja dan bahkan dapat membawa pemahaman yang keliru.[4]
Ketika kita
mencoba memahami suatu Hadis, tidak cukup hanya melihat teks Hadisnya saja,
khususnya ketika Hadis itu mempunyai asbabul wurud, melainkan kita harus
melihat konteksnya. Dengan lain ungkapan, ketika kita ingin menggali pesan
moral dari suatu Hadis, perlu memperhatikan konteks historitasnya, kepada siapa
Hadis itu disampaikan Nabi, dalam kondisi sosio-kultural yang bagaimana Nabi
waktu itu menyampaikannya. Tanpa memperhatikan konteks historisitasnya (baca:
asbabul wurud) seseorang akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami
makna suatu Hadis, bahkan ia dapat terperosok ke dalam pemahaman yang keliru.
Itulah mengapa asbabul wurud menjadi sangat penting dalam diskursus ilmu Hadis,
seperti pentingnya asbabun nuzul dalam kajian tafsir al-Qur’an.[5]
Dalam kaitannya
dengan Asbâb al-Nuzûl/Asbâb al-Wurûd sebagaian kecil ulama mengemukakan kaedah
yang menjadi patokan dalam memahami teks adalah sebab khususnya, bukan keumuman
teksnya). Setiap Asbâb al-Nuzûl/Asbâb al-Wurûd mencakup 3 (tiga) hal pokok,
yaitu : (a) peristiwa, (b) pelaku dan (c) waktu dan tempat. Tidak mungkin kita
akan mampu menggambarkan adanya sesuatu peristiwa yang terjadi dalam kurun
waktu tertentu di tempat tertentu dan tanpa memahami siapa pelakunya.[6]
C. IMPLIKASI ATAU FUNGSI
ASBABUL WURUDIL HADIS
Dari pengertian
asbab al-wurud di atas maka dapat dilihat ada beberapa fungsi dari asbab
al-wurud ini, yaitu:
1. Menentukan
adanya takhshish hadits yang bersifat umum.
Contoh dari
fungsi asbab al-wurud sebagai takhsis terhadap sesuatu yang masih bersifat umum
dan juga menjelaskan ‘illah (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum, misalnya
hadits:
صلاة القاعد على
النصف من صلاة القائم
Artinya:
Shalat orang yang sambil duduk pahalanya setengah dari orang yang
shalat sambil berdiri.
Asbab al-wurud
dari hadits di atas adalah ketika penduduk Mandinah sedang terjangkit suatu
wabah penyakit. Kebanyakan para sahabat melakukan shalat sunnah sambil duduk.
Ketika itu Rasulullah datang menjenguk dan mengetahui bahwa para sahabat suka
melakukan shalat sunnah sambil duduk walaupun dalam keadaan sehat. Kemudian
Rasulullah bersabda sebagaimana hadits di atas. Mendengarkan sabda Rasulullah
para sahabat yang tidak sakit kemudian shalat sunnah dalam berdiri.
Dari asbab
al-wurud tersebut maka dapat dipahami bahwa kata “shalat” (yang masih bersifat
umum pada hadist tersebut) adalah sahalat sunnah (khusus). Dan dari penjelasan
tersebut dapat dipahami pula bahwa boleh melakukan shalat sunnah dalam keadaan
duduk namun hanya akan mendapatkan pahala setengah apabila dalam keadaan sehat.
Tetapi apabila dalam keadaan sakit dan melakukan shalat dalam keadaan duduk
maka akan mendapatkan pahala penuh. Hal ini merupakan penjelasan dari
sebab-sebab ditetapkannya suatu hukum shalat sunnah sambil sambil duduk.[7]
Dengan demikian, apabila seseorang memang tidak mampu melakukan
shalat sambil berdiri -mungkin karena sakit-, baik shalat fardhu atau shalat
sunnat, lalu ia memilih shalat dengan duduk, maka ia tidak termasuk orang yang
disebut-sebut dalam hadis tersebut. Maka pahala orang itu tetap penuh bukan
separoh, sebab ia termasuk golongan orang yang memang boleh melakukan rukhshah
atau keringanan syari’at.[8]
2. Membatasi
pengertian hadits yang masih mutlaq.
Contoh dari asbab al-wurud yang berfungsi sebagai pembatasan
terhadap pengertian mutlaq sebagaimana hadits berikut:
قال رسول الله
صلى الله عليه و سلم من سن فى الاسلام سنة حسنة فعمل بها بعده كتب له مثل اجر من
عمل بها ولا ينقص من اجورهم شيء من سن فى الاسلام سنة سيئة فعمل بها بعده كتب عليه
مثل وزر من عمل بها ولا ينقص من ازوارهم شيء
Artinya:
Rasulullah bersabda: barang siapa melakukan suatu sunnah hasanah
(tradisi atau prilaku yang baik) dalam Islam, lalu sunnah itu diamalkan oleh
orang-orang sesudahnya, maka ia akan mendapatkan pahalanya seperti pahala yang
mereka lakukan, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Demikian pula
sebaliknya, barang siapa yang melakukan suatu sunnah sayyi’ah (tradisi atau
perilaku yang buruk) lalu diikuti orang-orang sesudahnya, maka ia akan ikut
mendapatkan dosa mereka, tanpa mengurangi sedikit pun dosa yang mereka peroleh.
Asbab al-wurud hadits tersebut adalah ketika
Rasulullah bersama-sama sahabat, tiba-tiba datanglah sekelompok orang yang
kelihatan sangat susah dan kumuh. Ternyata mereka adalah orang-orang miskin,
meliahat hal demikian Rasulullah merasa iba kepada mereka. Setelah shalat
berjama’ah Rasulullah berpidato yang menganjurkan untuk berinfak. Mendengar hal
tersebut seorang sahabat keluar dan membawa sekantong makanan untuk orang-orang
miskin tersebut. Melihat hal tersebut maka Rasulullah bersabda sebagaimana
hadits di atas.
Melihat asbab
al-wurud di atas, kata sunnah yang masih bersifat mutlak (belum dijelaskan oleh
pengertian tertentu) dapat disimpulkan adalah sunnah yang baik, dalam hal ini
adalah bersedekah.[9]
3. Men-tafshil
(merinci) hadits yang masih bersifat globab (umum).
. Contoh adalah Hadits yang berbunyi:
إن لله تعالى
ملائكة في الأرض ينطق على ألسنة بني أدم بما في المرء من خير أو شر
“Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat
berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang.”
(HR. Hakim)
Dalam memahami
Hadits tersebut, ternyata para sahabat merasa kesulitan, maka mereka bertanya:
Ya Rasul !, Bagaimana hal itu dapat terjadi? Maka Nabi SAW menjelaskan lewat
sabdanya yang lain sebagaimana Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik.
Suatu ketika Nabi SAW bertemu dengan rombongan yang membawa jenazah. Para
sahabat kemudian memberikan pujian terhadap jenazah tersebut, seraya berkata:
“Jenazah itu baik”. Mendengar pujian tersebut, maka Nabi berkata: “wajabat”
(pasti masuk surga) tiga kali. Kemudian Nabi SAW bertemu lagi dengan rombongan
yang membawa jenazah lain. Ternyata para sahabat mencelanya, seraya berkata:
“Dia itu orang jahat”. Mendengar pernyataan itu, maka Nabi berkata: “wajabat”.
(pasti masuk neraka).
Ketika
mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para sahabat bertanya: “Ya
rasul !, mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji, sedangkan
terhadap jenazah kedua tuan ikut mencelanya. Engkau katakan kepada kedua
jenazah tersebut: “wajabat” sampai tiga kali. Nabi menjawab: ia benar. Lalu
Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah SWT memiliki
para malaikat di bumi. Melalui mulut merekalah, malaikat akan menyatakan
tentang kebaikan dan keburukan seseorang. (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)
Dengan
demikian, yang dimaksud dengan para malaikat Allah di bumi yang menceritakan
tentang kebaikan keburukan seseorang adalah para sahabat atau orang-orang yang
mengatakan bahwa jenazah ini baik dan jenzah itu jahat.[10]
4. Menentukan ada atau
tidaknya nasikh-mansukh dalam suatu hadits.
Contoh asbab al-wurud yang berfungsi untuk menentukan adanya suatu
nasikh – mansukh sebagaimana hadits berikut:
Hadits pertama:
افطر الحاجم و
المحجوم
Artinya:
Batal puasa bagi orang yang membekam dan yang dibekam
Hadits kedua:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم لا يفطر من قاء ولا من احتلم ولا من احتجم
Artinya
Rasulullah bersabda: Tidak batal puasa orang yang muntah, orang
yang bermimpi kemudian keluar sperma dan orang yang berbekam.
Kedua hadits tersebut tampak saling
bertentangan, yang pertama menyatakan bahwa orang yang membekam dan dibekam
sama-sama batal puasanya. Sedangkan hadits kedua menyatakan sebaliknya. Menurut
Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hazm, hadits pertama sudah di-nasikh (dihapus) dengan
hadits kedua. Karena hadits pertama lebih awal datangnya dari hadits kedua.[11]
4. Menjelaskan
‘illah (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hokum
Contoh hadis tentang khomr yang awalnya boleh untuk di minum,
kemudian datang lagi hadis yang menjelaskan bahwa minum khomer tidak
dianjurkan. Setelah itu datang lagi hadis yang menjelaskan bahwa minum khomer
itu haram.
Asbabul wurud nya karena ada seorang imam yang mabuk saat
berjamaah, sehingga menyebabkan semua bacaannya salah dan sholatnya jadi tidak
sah.
6. Menjelaskan maksud
suatu hadist yang masih musykil. (sulit dipahami atau janggal).
Contoh asbab al-wurud yang menjelaskan maksud hadits yang masih
musykil (sulit dipahami atau janggal) adalah sebagaimana hadits berikut:
من تشبه قوما
فهو منهم
Artinya:
Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka termasuk golongan
mereka.
Asbab al-wurud dari hadits ini adalah ketika
dalam peperangan umat Islam dengan kaum kafir, Rasulullah kesulitan membedakan
mereka mana yang teman dan mana yang lawan. Kemudian Rasulullah
menginstruksikan kepada pasukan umat Islam agar memakai kode tertentu agar
berbeda dengan musuh. Dan yang masih
menggunakan kode seperti musuh akan kena panah kaum pasukan Islam.[12]
D. MACAM MACAM ASBABUL
WURUDIL HADIS
Menurut
imam as-Suyuthi asbabul wurud itu dapat
dikatagorikan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Sebab yang berupa
ayat al-Qur’an
Artinya di sini ayat al-Qur’an itu menjadi penyebab Nabi SAW.
Mengeluarkan sabdanya. Contohnya antara lain firman Allah Swt. Yang berbunyi :
الذين أمنوا ولم
يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون
“orang-orang yang beriman, dan mereka tidak mencampur adukkan iman
mereka dengan kedzaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan
mereka itu orang-orang yang mendapatkan petunjuk” (Q.S. Al-An’am: 82)
Ketika itu
sebagian sahabat memahami kata “azh-zhulmu” dengan pengertian al jaur yang
berarti berbuat aniaya atau melanggar aturan. Nabi SAW. Kemudian memberikan
penjelasan bahwa yang dimaksud “azh-zhulmu” dalam firman tersebut adalah
asy-syirku yakni perbuatan syirik, sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Luqman:
إن الشرك لظلم
عظيم
“sesungguhnya syirik itu merupakan kezhaliman yang besar.” (Q.S al-Luqman: 13)
2. Sebab yang berupa
Hadis
Artinya pada
waktu itu terdapat suatu Hadis, namun
sebagian sahabat merasa kesulitan memahaminya, maka kemudian muncul Hadis lain
yang memberikan penjelasan terhadap Hadis tersebut. Contoh adalah Hadis yang
berbunyi:
إن لله تعالى
ملائكة في الأرض ينطق على ألسنة بني أدم بما في المرء من خير أو شر
“sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat
berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan seseorang.” (HR. Hakim)
Dalam memahami
Hadis tersebut, ternyata para sahabat merasa kesulitan, maka mereka bertanya:
Ya rasul !, bagaimana hal itu dapat terjadi? Maka Nabi SAW menjelaskan lewat
sabdanya yang lain sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik. Suatu
ketika Nabi SAW bertemu dengan rombongan yang membawa jenazah. Para sahabat
kemudian memberikan pujian terhadap jenazah tersebut, seraya berkata: “Jenazah
itu baik”. Mendengar pujian tersebut, maka Nabi berkata: “wajabat” (pasti masuk
surga) tiga kali. Kemudian Nabi SAW bertemu lagi dengan rombongan yang membawa
jenazah lain. Ternyata para sahabat mencelanya, seraya berkata: “Dia itu orang
jahat”. Mendengar pernyataan itu, maka Nabi berkata: “wajabat”. (pasti masuk
neraka).
Ketika
mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para sahabat bertanya: “Ya
rasul !, mengapa terhadap jenazah pertama engkau ikut memuji, sedangkan
terhadap jenazah kedua tuan ikut mencelanya. Engkau katakan kepada kedua
jenazah tersebut: “wajabat” sampai tiga kali. Nabi menjawab: ia benar. Lalu
Nabi berkata kepada Abu Bakar, wahai Abu Bakar sesungguhnya Allah SWT memiliki
para malaikat di bumi. Melalui mulut merekalah, malaikat akan menyatakan
tentang kebaikan dan keburukan seseorang. (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi).Dengan
demikian, yang dimaksud dengan para malaikat Allah di bumi yang menceritakan
tentang kebaikan keburukan seseorang adalah para sahabat atau orang-orang yang
mengatakan bahwa jenazah ini baik dan jenzah itu jahat.
3. Sebab yang berupa
perkaitan yang berkaitan dengan para pendengar dikalangan sahabat
Sebagai contoh
adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat Syuraid Bin Suwaid ats-Tsaqafi.
Pada waktu Fath makkah (pembukaan kota makkah) beliau pernah datang kepada nabi
SAW seraya berkata: “Saya Bernazar Akan Shalat Dibaitul Maqdis”. Mendengar
pernyataan sahabat tersebut, lalu Nabi berssabda: “Shalat Di Sini, yakni
masjidil haram itu lebih utama”. Nabi SAW lalu bersabda: “Demi Dzat yang Jiwaku
Berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu shalat disini (Masjid Al-Haram
Makkah), maka sudah mencukupi bagimu untuk memnuhi nazarmu”. Kemudian Nabi SAW,
bersabda lagi: “Shalat Dimasjid Ini, Yaitu Masjid Al-Haram Itu Lebih Lebih
Utama Dari Pada 100 000 Kali Shalat Di Selain Masjid Al-Haram”. (H.R.
Abdurrazzaq Dalam Kitab Al-Mushannafnya[13]
E. CARA MENGETAHUI
ASBABUL WURUD
Diantara beberapa cara mengetahui asbab al-wurud dari hadits-hadits
adalah sebagai berikut:
1. Asbab al-wurud dapat
dilihat pada hadits tersebut, karena asbab al-wurud terdapat pada hadits itu sendiri.
Contoh:
انه قيل لرسول
الله صلى الله عليه وسلم اتوضأ من بئر بضاعة , وهي بئر يطرح فيه الحيض , ولحم
الكلب و النتن فقال : الماء طهور لا ينجسه شئ
Artinya:
Bahwa beliau pernah ditanya oleh seseorang tentang perbuatan yang
dilakukan Rasulullah: Apakan tuan mengambil air wudhu dari sumur Budho’ah,
yakni sumur yang dituangi darah, daging anjing dan barang-barang busuk? Jawab
Rasululla: Air itu suci, tidak ada sesuatu yang menjadikannya najis.
2. Asbab al-wurud yang dapat dilihat pada hadits lain,
karena asbab al-wurud hadits tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri.
Contoh dalam hal ini adalah pada hadits tentang Niat dan hijrah
berikut ini:
… ومن كانت هجرته
لدنيا يصيبها او امرأة ينكحها فهجرته الى ما هاجر اليه.
Artinya:
“… Barang siapa yang hijrahnya karena untuk mendapatkan
keduniaan atau perempuan yang bakal dinikahinya, maka hijrahnya itu hanya
kepada apa yang diniatkannya saja.”
Asbab al-wurud
pada hadits tersebut tidak terdapat pada hadits itu sendiri, namun terdapat
pada hadits lain, yaitu pada hadits yang ditakhrijkan oleh Al-Thabarany yang
bersanad tsiqah dari Ibnu Mas’ud berikut ini:
كان بيننا رجل
خطب امرأة يقال لها ( ام قيش ) , فأبت ان يتزوجها حتى يهاجر , فهاجر فتزوجها . كنا
نسميه ( مهاجر ام قيش
)
Artinya:
Konon pada jama’ah kami terdapat seorang laki-laki yang melamar
seorang perempuan yang bernama Ummul Qais. Tetapi perempuan itu menolak untuk
dinikahinya, kalau laki-laki pelamar tersebut enggan berhijarh ke Madinah. Maka
ia lalu hijrah dan kemudian menikahinya. Kami namai laki-laki itu Muhajir Ummi
Qais”[13]
3. Asbab al-Wurud dapat
dilihat pada aqwal shahabat atau informasi shahabat.
Contoh pada hal ini dapat kita lihat pada hadits berikut:
الميت يعذب
ببكاء اهله عليه
Artinya:
Si Mayyit akan diazab dengan sebab tangisan keluarga atasnya.
Asbab al-wurud
pada hadits ini terdapat pada penjelasan Aisyah bahwa ketika jenazah orang
Yahudi melewati Rasulullah, mereka menangisi mayyit tersebut sehingga
Rasulullah bersabda demikian. Hal ini karena disebabkan pada tradisi menangisi
mayyit orang Yahudi ketika itu dengan ratapan, mencakar atau menampari wajah
sendiri atau pun menyobek-nyobek baju, sehingga menggambarkan ketidakrelaan
dengan takdir kematian tersebut. Sedangkan tangisan dengan wajar sebagai bentuk
belasungkawa diperbolehkan.
4. Asbab al-wurud
melalui ijtihad, hal ini dilakukan apabila ada ditemukan riwayat yang jelas
mengenai asbab al-wurud. Ijtihad ini dilakukan dengan cara melihat sejarah
sehingga mampu menghubungkan antara ide dalam teks hadits dengan konteks
munculnya hadits.
Contoh hadits:
قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم لن يفلح قوم ولوا امرهم امرأة
Artinya:
Rasulullah bersabda: Tidak akan sukses suatu kaum yang menyerahkan
urusannya (untuk memimpin) mereka kepada perempuan.[14]
F. CONTOH ASBABUL WURUDIL
HADIS
1. Contoh: tentang
Syafa’at
أتاني أتٍ من
عند ربيّ فخَيَّرَنيِ بيْنَ أن يُدْخِلَ نصف ّأمتي الجنة و بين الشفاعة)
Artinya: telah datang kepadaku Malaikat dari Tuhanku azza
wazalla yang menyuruh aku memilih diantara separuh umatku masuk surga atau
syafa’at.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Musa Al-‘As’ari menurut
penilaian Al-Haitsami, orang orang yang meriwayatkan hadits ini adalah tsiqat
(dapat dipercaya)
Asbabul wurud
Dijelaskan
dalam musnad imam ahmad bersumber dari abu Musa Al-‘As’ari : kami telah bertempur
melawan musuh bersama Nabi SAW kemudian kami bersama beliau turun untuk
istirahat. Pada suatu malam aku terbangun, namun beliau tidak ada . aku mencari
tetapi yang muncul adalah seorang sahabat yang juga mencari beliau . untunglah
tiba-tiba Nabi datang menuju kami seraya bersabda; Engkau berada di daerah
perang, maka jika engkau akan pergi karena karena suatu keperluan, katakanlah
kepada yang lainnya sehingga ia menemanimu. Kemudian Rasulullah bercerita : aku
telah mendengar suara seperti gemuruhnya suara lebah dan datanglah seorang
malaikat yang menyuruh aku dst.
Keterangan
Yang datang
kepada nabi adalah malaikat pembawa kabar gembira yang menerangkan bahwa nabi
boleh memilih diantara dua yang beliau sukai yakni separuh umatnya masuk surga
atau hak syafaat. Beliau memilih syafaat sehingga seluruh umat beliau akan
masuk surga asalkan tidak berbuat syirik
2. Tentang Konsentrasi
إذا كتبت فَضعْ
قلمك على اذُنِكَ فإنّه أَذْكر لك
Artinya jika engkau menulis letakkan penamu diatas kupinglu
sebab dengan demikian engkau lebih ingat.
Diriwayatkan oleh al khatib dalam tarikhnya dari anas bin malik
Sababul
wurudnya adalah kata anas, muawiyah salah satu seorang penulis wahyu jika ia
lengah atau lupa mencatat wahyu yang diterimanya dari nabi ia meletakkan penanya
kedalam mulutnya. Maka bersabdalah rasulullah: jika engkau menulis, letakkan
penamu di telingamu
Keterangan
Hadits ini mengisyaratkan perlunya persiapan dan pemusatan pikiran
di saat menulis dan mempelajari ilmu.
3. Tentang Menziarahi
kubur
إني نهيتكم عن
زيارة القبور فزورها وَلْتزِدكم زيارتُها أجرا
“Sesungguhnya aku pernah melarang kamu menziarahi kubur maka
sekarang ziarahilah dan tambahilah pahala kamu dengan menziarahinya”.
Diriwayatkan oleh Thahawi dalam al-atsar dari buraidah r.a dan dari
sa’id berbunyi: arabny (aku larang kamu menziarahi kubur maka sekarang
ziarahilah karena sesunggunya dalam menziarahi kubur itu terdapat pelajaran
asbabul wurud
Kata Burairah: kami bersaama rosul dalam suatu perjalanan. Kami
singgah, sedangkan jumlah kami semuanya hampir 1.000 orang. Beliau mengerjakan
shalat dua rakaat bersama kami. Kemudian beliau menghadapkan mukanya kepada
kami. Air maya beliau mengalir membasahi pipi. Umar pun berdiri dan bersedia
menggantikannya (segala apayang dihadapi nabi dengan dirinya. Umar bertanya:
apa yang engkau rasakan wahai rasul: beliau menerangkan : sesungguhnya ku mohon
izin kepada allah untuk mendo’akan keampunan kepada ibuku (istighfar) , tetapi
Tuhan tidak mengizinkanku. Maka mengalirlah air mataku sebagai tanda kasih sayang
kepadanya (yang melepaskannya) dari api neraka. Sesungguhnya aku pernah
melarang kamu….dst.[15]
G. KITAB KITAB YANG
MEMBAHAS DAN MENGHIMPUN ASBABUL WURUDIL HADIS
Ilmu mengenai asbabul wurud al-hadis ini sebenarnya telah ada sejak
zaman sahabat. Hanya saja ilmu ini belum tersusun secara sistematis dalam suatu
bentuk kitab-kitab. Demikian kesimpulan as-Suyuthi dalam al-Luma’ fi Asbabi
wurud al-hadis. Namun kemudian, seiring dengan perkembangan dunia keilmuan
waktu itu, ilmu asbab al-wurud menjadi berkembang. Para ulama ahli hadis
rupa-rupanya merasakan perlunya disusun suatu kitab secara tersendiri mengenai
asbabul wurud.
Adapun kitab-kitab yang banyak berbicara mengenai asbabul wurud
antara lain adalah:
1. Asbabu wurud al-Hadis
karya Abu hafs al-Ukbari (w. 339 H.), namun sayang kitab tersebut tidak dapat
sampai ke tangan kita.
2. Asbabu wurud al-hadis
karya Abu Hamid Abdul Jalil Al-Jabari. Kitab tersebut juga tidak sempat sampai
ketangan kita.
3. Asbabu Wurud al-Hadis
atau yang disebut juga al-Luma’ fi Asbab Wurudil hadis, karya Jalaluddin
Abdurrahman as-Suyuthi. Kitab tersebut sudah ditahqiq oleh Yahya Ismail Ahmad.
4. Al-Bayan wa at-Ta’rif
karya Ibnu Hamzah Al-Husaini ad-Damasyqi (w.1110 H.)[17]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian
yang telah kami jelaskan di depan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan :
ilmu asbab
al-wurud adalah ilmu yang menjelaskan sebab-sebab keluarnya Hadits, baik berupa
peristiwa atau keadaan yang terjadi, waktu maupun karena ada pertanyaan.
Sehingga dapat memahami kejelasan hadits baik dari segi umum dan khusus, mutlaq
atau muqayyad, atau untuk menentukan ada tidaknya naskh (penghapusan) dalam
suatu hadits
Sebagai salah
satu disiplin ilmu dalam studi hadis, asbabul wurud mempunyai peranan yang
sangat signifikan dalam rangka memahami maksud suatu hadis secara lebih baik.
Pemahaman yang mengabaikan asbabul wurud, cenderung dapat terjebak kepada arti
tekstual saja dan bahkan dapat membawa pemahaman yang keliru.
Fungsi asbabul wurudil hadis ;
1. Menentukan adanya
takhshish hadits yang bersifat umum.
2. Membatasi pengertian
hadits yang masih mutlaq.
3. Men-tafshil (merinci)
hadits yang masih bersifat globab (umum).
4. Menentukan ada atau
tidaknya nasikh-mansukh dalam suatu hadits.
5. Menjelaskan ‘illah (sebab-sebab)
ditetapkannya suatu hukum
6. Menjelaskan maksud
suatu hadist yang masih musykil. (sulit dipahami atau janggal).
Menurut imam as-Suyuthi
asbabul wurud itu dapat dikatagorikan menjadi tiga macam, yaitu:
1. Sebab yang berupa
ayat al-Qur’an
2. Sebab yang berupa
hadist\
3. Sebab yang berupa
perkaitan dengan para pendengar di kalangan sahabat
Diantara beberapa cara mengetahui asbab al-wurud dari hadits-hadits
adalah sebagai berikut:
1. Asbab al-wurud dapat
dilihat pada hadits tersebut, karena asbab al-wurud terdapat pada hadits itu
sendiri.
2. Asbab al-wurud yang dapat dilihat pada hadits lain,
karena asbab al-wurud hadits tersebut tidak tercantum pada haditsnya sendiri.
3. Asbab al-Wurud dapat
dilihat pada aqwal shahabat atau informasi shahabat.
4. Asbab al-wurud
melalui ijtihad,
Contoh dalalah :
Tentang Menziarahi kubur
إني نهيتكم عن
زيارة القبور فزورها وَلْتزِدكم زيارتُها أجرا
“Sesungguhnya aku pernah melarang kamu menziarahi kubur maka
sekarang ziarahilah dan tambahilah pahala kamu dengan menziarahinya”.
Diriwayatkan oleh Thahawi dalam al-atsar dari buraidah r.a dan dari
sa’id berbunyi: arabny (aku larang kamu menziarahi kubur maka sekarang
ziarahilah karena sesunggunya dalam menziarahi kubur itu terdapat pelajaran
asbabul wurud
Kata Burairah: kami bersaama rosul dalam suatu perjalanan. Kami
singgah, sedangkan jumlah kami semuanya hampir 1.000 orang. Beliau mengerjakan
shalat dua rakaat bersama kami. Kemudian beliau menghadapkan mukanya kepada
kami. Air maya beliau mengalir membasahi pipi. Umar pun berdiri dan bersedia
menggantikannya (segala apayang dihadapi nabi dengan dirinya. Umar bertanya:
apa yang engkau rasakan wahai rasul: beliau menerangkan : sesungguhnya ku mohon
izin kepada allah untuk mendo’akan keampunan kepada ibuku (istighfar) , tetapi
Tuhan tidak mengizinkanku. Maka mengalirlah air mataku sebagai tanda kasih
sayang kepadanya (yang melepaskannya) dari api neraka. Sesungguhnya aku pernah
melarang kamu….dst.
Adapun kitab-kitab yang banyak berbicara mengenai asbabul wurud
antara lain adalah:
1. Asbabu wurud al-Hadis
karya Abu hafs al-Ukbari (w. 339 H.), namun sayang kitab tersebut tidak dapat
sampai ke tangan kita.
2. Asbabu wurud al-hadis
karya Abu Hamid Abdul Jalil Al-Jabari. Kitab tersebut juga tidak sempat sampai
ketangan kita.
3. Asbabu Wurud al-Hadis
atau yang disebut juga al-Luma’ fi Asbab Wurudil hadis, karya Jalaluddin
Abdurrahman as-Suyuthi. Kitab tersebut sudah ditahqiq oleh Yahya Ismail Ahmad.
4. Al-Bayan wa at-Ta’rif karya Ibnu Hamzah
Al-Husaini ad-Damasyqi (w.1110 H.
[1] Fathur. “ asbabul wurud
“..
[2] Zein,Muhammad
ma’shum:2007:109
[4] Father.”asbabul wurud”.http://father10.wordpress.com/2010/04/27
[5] Kangmuz.”asbabul wurud
dalam memahami suatu hadist”.http://kangmuz.wordpress.com/2011/07/29
[6] Tp.” ilmu asbabul wurud
“. http://software-pesantren.blogspot.com
[8] Kangmuz. “ asbabul wurud
dalam memahami suatu hadis”.http://kangmuz.wordpress.com/2011/07/29/
[9] Hady. “ asbab al wurud “.
http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
[11] Hady. “ asbab al wurud “.
http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
[12] Hady. “ asbab al wurud “.
http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
[13] Father. “ asbabul wurud
“.http://fathur10.wordpress.com/2010/04/27/
[14] Zein,Muhammad
ma’shum:2007:110
[15] Hady. “ asbab al wurud “.
http://hady412.wordpress.com/2011/03/20
Emperor Casino: Play online casino games for real money
BalasHapusIn Casino Online, 제왕카지노 players choose a deposit amount of 0.01%, 바카라 and deccasino then they'll receive a no deposit bonus on the slot. As with all other
Casino at Foxwoods Resort & Casino
BalasHapusWe'll show 광양 출장샵 you where to stay at the Foxwoods Resort & Casino in Mashantucket, CT. Casino 서울특별 출장안마 guests 과천 출장샵 can also use our 여수 출장마사지 interactive map to check if a 안양 출장마사지 room
joya shoes 330q7gwvrl510 outdoor,INSOLES,Joya Shoe Care,walking,fashion sneaker,boots joya shoes 436e6blueu349
BalasHapus